Senin, 19 Maret 2012

on
Tugu Monas kembali populer diperbincangkan. Bagaimana tidak, tugu yang menjadi kebanggaan masyarakat Indonesia ini, akhir-akhir ini sudah digadang-gadangkan akan menjadi tempat peristirahatan terakhir politikus muda dari Partai Demokrat, Anas Urba Ningrum.

Isu ini pun berkembang jauh hingga menyentuh pada persoalan hantu segala. Salah satu budayawan Indonesia lewat jejaring sosial twitternya mengomentari fatwa Anas agar sebaiknya Anas  mengurungkan niatnya sebagai calon politisi yang digantung di monas, pasalnya, ujar budayawan itu, hantu di Jakarta sudah banyak (seperti mitos hantu jeruk purut, hantu jembatan ancol, hantu jembatan casablangka, dll) jadi jangan ditambah lagi dengan adanya hantu Anas di Monas. 

Di sini Tim Mitoos tidak bermasud ikut ke dalam polemik perpolitikan yang notabenenya hanya sebatas percaturan isu yang hangatnya sesaat dan berakhir nantinya tanpa ada ujung yang jelas. Yang patut untuk kita telaah pada kesempatan ini, dan layak untuk Tim Mitoos keritisi adalah, dari kasus yang bergulir ini kita melihat secara jelas akan adanya kecenderungan dari masyarakat terkait seseorang yang mati lewat cara yang tidak wajar selalu dikaitkaitkan akhirnya pada mitos perhantuan.

Jika budayawan yang berkomentar terkait kasus Anas ini bukan seorang Muslim, kita selaku ummat Islam mungkin akan memandangnya sebagai hal wajar. Tapi jika itu muncul dari seorang yang mengaku muslim, jelaslah sudah bahwa memang mitos tentang hantu di benak masyarakat luas sudah banyak mempengaruhi mereka, dan mereka sudah tidak perduli lagi terhadap ajaran yang dibawa oleh agama yang dianutnya.

Mitos roh gentayangan yang disebabkan oleh cara mati yang tidak layak, atau seseorang yang mati dan semasa hidupnya suka berbuat jahat, jelas-jelas itu semua adlah ajaran dari agama luar yang tidak boleh diamini oleh orang yang mengaku dirinya sebagai muslim. Adanya roh gentayangan adalah ajaran mitos agama luar yang disandarkan pada falsafah bahwa roh kotor tidak akan diterima oleh tempat Kahiyangan sehingga mereka diusir dan menjadi roh yang gentayangan (di tataran Sunda dikenal dengan istilah 'marakayangan').

Dalam Ajaran Islam persoalan roh dari manusia yang semasa hidupnya berbuat jahat maupun yang baik, kesemuanya akan dikumpulkan ditempat bernama alam barzah hingga waktu akhir kehidupan seluruh alam (hari kiamat) itu datang. Dalam alam barzah terdapat yang namanya siksa qubur bagi yang semasa hidupnya tidak digunakan untuk mengabdi pada penciptanya (Allah Subhanahu wa Ta'ala), dan diberi kenikmatan tidur disebabkan diperlihatkannya kenikmatan hidup surga bagi yang selama hidupnya mengimani dan patuh terhadap Allah Subhanahu wa Taala. Tempat yang penuh penjagaan ketat dari para malaikat yang selalu patuh pada perintah Tuhannya sehingga tidak ada celah bagi satu ruh pun untuk mengadakan usaha lari keluar dari tempat tersebut.

Bacalah Al-Qur'an dan Hadits yang menjadi petunjuk dasar bagi kehidupan kita selaku Muslim, agar supaya apa yang kita percayai dan kita jalankan dalam kehidupan yang sementara ini tidak terjerumus pada persoalan yang sebetulnya bertentangan dengan ajaran agama kita sendiri.

So.... akankah Anas menjadi the next hantu Monas? wkkkkk....

Comments
0 Comments

0 comments:

Posting Komentar