Disadari atau tidak, pada dasarnya nama seseorang tidak lepas dari bentuk keyakinan, kepercayaan, kebanggaan, bahkan kecintaan dari para orang tuanya. Nama seseorang adalah cerminan nyata dari kondisi orang tuanya. Kaum muslimin yang memposisikan Nabi Muhammad Shallallahu 'alai wa sallam sebagai sosok panutan, suri tauladan, idola, dan sosok yang dicintai, di kala mereka punya anak maka anak itu akan ia beri nama dengan nama Muhammad atau Ahmad. Tidak jarang pula dari mereka yang mengharapkan anaknya menjadi anak yang tumbuh menjadi manusia shaleh dan taqwa kemudian menyematkan harapan besarnya itu ke dalam nama yang diberikannya. Dinamaknlah anaknya Shaleh, 'Abdullah, 'Abdur Rahman, dan lain sebagainya. Dalam istilah orang Sunda persoalan ini dikenal dengan istilah "nurut buat".
Lalu apabila anda menyaksikan kebanyakan nama-nama orang barat, atau secara lebih khususnya kaum Yahudi dan Kristen, yang notabene nama perempuannya kebanyakan dengan nama Angel dan Gabrel, sementara kaum laki-lakinya banyak bernama Mikel, pernahkah terbersit tanya dalam benak anda; "Keyakinan apa sebenarnya yang melandasi hal itu"? Jika kita telusuri sejarahnya lewat pengkajian Al-Qur'an dan Hadits setidaknya akan tampak jelas bahwa phenomena itu sebetulnya menjadi bukti nyata akan kebenaran berita yang disampaikan Al-Qur'an dan hadits-hadits Rasulullah terkait keyakinan mereka terhadap para malaikat, terutama malaikat Jibril dan Mikail.
Ketika membahas tafsir dan asbab an-nuzul (sebab-sebab turunnya ayat) Qur'an surah Al-Baqarah ayat ke 97 dan 98 yang tema pokok pembahasannya terkait adanya sikap Yahudi memusuhi malaikat, para ulama tafsir mengetengahkan beberapa riwayat hadits yang membahas ayat tersebut.
Dalam riwayat Imam Ahmad, shahabat Ibn Abbas mengisahkan bahwa suatu hari beberapa orang Yahudi menemui Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam kemudian berkata: Hai Abu Qasim (Muhammad Rasulullah), kabarkan kepada kami tentang lima perkara, jika engkau bisa menjelaskannya kepada kami, pengetahuan kami akan membenarkan bahwa engkau adalah seorang nabi dan kami akan mengikutimu. Kemudian Rasulullah mengambil janji atas merek seperti apa yang diambil Israil kepada keturunannya, yakni ketika dia berkata "Dan cukuplah Allah sebagai saksi atas apa yang dikatakan" (akan menaati janji). Rasulullah berkata: "Silahkan utarakan".
Setelah mereka mengutarakan empat persoalan dan dijawab oleh Rasulullah kemudian jawaban itu dibenarkan oleh mereka, mereka pun kemudian berkata: "Sekarang tinggal satu tersisa yang dengannya apabila engkau kabarkan akan mengikutimu. Sesungguhnya tidak ada seorang nabi pun kecuali bersamanya ada malaikat yang bisa membawa kabar baik (wahyu). Siapa shahibmu itu?" Rasulullah menjawab: "Jibril 'alaihissalaam" Mereka kemudian berkata: "Jibril itu turun dengan perintah perang, membunuh dan menimpakan adzab, dia musuh kami! Seandainya yang engkau katakan itu adalah Mikail yang turun membawa rahmat, perhiasan dan tumbuh-tumbuhan, tentu kami akan mengikutimu." Kemudian Allah Subhaanahu wa Ta'ala menurunkan ayat: Katakan (olehmu Muhammad): Barang siapa yang memusuhi Jibril, maka (ketahuilah) bahwa dialah yang telah menurunkan (Al-Qur'an) ke dalam hatimu dengan izin Allah .... Hingga akhir ayat (Q.S. Albaqarah: 97). Menurut Ibn Katsir hadits ini diriwayatkan juga oleh At-Tirmidzi dan An-Nasa'i dari hadits 'Abdullah bin al-Walid. (Ibnu Katsir [1997], Tafsier Al-Qur'an Al-'Adhim, Jilid I, hlm 148-149)
Dari keterangan hadits di atas jelaslah bagi kita bahwa orang-orang Yahudi memiliki sikap benci terhadap malaikat Jibril dan lebih suka pada malaikat Mikail. Namun dari mana kita bisa menarik benang merah antara sikap benci mereka terhadap Jibril dengan pemberian nama Gabrel (Jibril) dan Angel (malaikat) bagi perempuan, serta sikap suka pada malaikat Mikail dengan pemberian namanya (Mike, Michel) bagi laki-laki? Hal ini tentu harus merunut sejarah sikap gender mereka yang sudah menahun dari nenek moyangnya. Rekam jejak sikap mereka yang penuh dihantui sikap gender itu telah diabadikan dalam Al-Qur'an. Anda bisa baca di antaranya dalam Q.S Az-Zukhruf: 15-19 dan Ash-Shaffat: 149-153. Mereka melakukan itu lantaran ingin menghinakan Allah dan para malaikat-Nya.
Dengan melihat kebiasan mereka sekarang dalam memberikan nama menjadi petunjuk kepada kita bahwa kepercayaan mereka yang dijelaskan dalam alQur'an dan Hadits-hadits Rasulullah 15 abad yang lalu masih berurat-berakar dalam sendi kehidupan mereka sekarang ini. Tidak lah heran kiranya apabila kita perhatikan dalam film-film yang mereka buat pun kepercayaan dan sikap mereka terhadap para malaikat terus dipropagandakan. Mereka sealu menggambarkan para malaikat dalam film-filmnya menggunakan sosok perempuan bersayap. Dan hal itu pula sudah masuk kepada dunia pertelevisian kita. Bagaimana sosok malaikat penolong suka digambarkan dalam kisah peri cantik yang baik hati dengan sosok perempuan bersayap.
Yahudi berpuluh-puluh tahun lamanya berusaha menyebarkan kepercayaan dan keyakinan yang mereka anut lewat dunia entertainmen/hiburan. mereka terus mencekoki anak cucu kita dengan kepercayaan sesat mereka. Hingga tumbuhlah budaya tanpa disadari kita telah mengikuti kesesatannya. Tanpa rasa berdosa kita sudah berni meniru mereka dengan memberikan nama anak perempuan dengan nama Angel atau Gabrel.
Semoga Allah Subhaanahu wa ta'ala senantiasa menjaga kesucian iman kita.... Aamiin..!!
Lalu apabila anda menyaksikan kebanyakan nama-nama orang barat, atau secara lebih khususnya kaum Yahudi dan Kristen, yang notabene nama perempuannya kebanyakan dengan nama Angel dan Gabrel, sementara kaum laki-lakinya banyak bernama Mikel, pernahkah terbersit tanya dalam benak anda; "Keyakinan apa sebenarnya yang melandasi hal itu"? Jika kita telusuri sejarahnya lewat pengkajian Al-Qur'an dan Hadits setidaknya akan tampak jelas bahwa phenomena itu sebetulnya menjadi bukti nyata akan kebenaran berita yang disampaikan Al-Qur'an dan hadits-hadits Rasulullah terkait keyakinan mereka terhadap para malaikat, terutama malaikat Jibril dan Mikail.
Ketika membahas tafsir dan asbab an-nuzul (sebab-sebab turunnya ayat) Qur'an surah Al-Baqarah ayat ke 97 dan 98 yang tema pokok pembahasannya terkait adanya sikap Yahudi memusuhi malaikat, para ulama tafsir mengetengahkan beberapa riwayat hadits yang membahas ayat tersebut.
Dalam riwayat Imam Ahmad, shahabat Ibn Abbas mengisahkan bahwa suatu hari beberapa orang Yahudi menemui Rasulullah Shallallaahu 'alaihi wa sallam kemudian berkata: Hai Abu Qasim (Muhammad Rasulullah), kabarkan kepada kami tentang lima perkara, jika engkau bisa menjelaskannya kepada kami, pengetahuan kami akan membenarkan bahwa engkau adalah seorang nabi dan kami akan mengikutimu. Kemudian Rasulullah mengambil janji atas merek seperti apa yang diambil Israil kepada keturunannya, yakni ketika dia berkata "Dan cukuplah Allah sebagai saksi atas apa yang dikatakan" (akan menaati janji). Rasulullah berkata: "Silahkan utarakan".
Setelah mereka mengutarakan empat persoalan dan dijawab oleh Rasulullah kemudian jawaban itu dibenarkan oleh mereka, mereka pun kemudian berkata: "Sekarang tinggal satu tersisa yang dengannya apabila engkau kabarkan akan mengikutimu. Sesungguhnya tidak ada seorang nabi pun kecuali bersamanya ada malaikat yang bisa membawa kabar baik (wahyu). Siapa shahibmu itu?" Rasulullah menjawab: "Jibril 'alaihissalaam" Mereka kemudian berkata: "Jibril itu turun dengan perintah perang, membunuh dan menimpakan adzab, dia musuh kami! Seandainya yang engkau katakan itu adalah Mikail yang turun membawa rahmat, perhiasan dan tumbuh-tumbuhan, tentu kami akan mengikutimu." Kemudian Allah Subhaanahu wa Ta'ala menurunkan ayat: Katakan (olehmu Muhammad): Barang siapa yang memusuhi Jibril, maka (ketahuilah) bahwa dialah yang telah menurunkan (Al-Qur'an) ke dalam hatimu dengan izin Allah .... Hingga akhir ayat (Q.S. Albaqarah: 97). Menurut Ibn Katsir hadits ini diriwayatkan juga oleh At-Tirmidzi dan An-Nasa'i dari hadits 'Abdullah bin al-Walid. (Ibnu Katsir [1997], Tafsier Al-Qur'an Al-'Adhim, Jilid I, hlm 148-149)
Dari keterangan hadits di atas jelaslah bagi kita bahwa orang-orang Yahudi memiliki sikap benci terhadap malaikat Jibril dan lebih suka pada malaikat Mikail. Namun dari mana kita bisa menarik benang merah antara sikap benci mereka terhadap Jibril dengan pemberian nama Gabrel (Jibril) dan Angel (malaikat) bagi perempuan, serta sikap suka pada malaikat Mikail dengan pemberian namanya (Mike, Michel) bagi laki-laki? Hal ini tentu harus merunut sejarah sikap gender mereka yang sudah menahun dari nenek moyangnya. Rekam jejak sikap mereka yang penuh dihantui sikap gender itu telah diabadikan dalam Al-Qur'an. Anda bisa baca di antaranya dalam Q.S Az-Zukhruf: 15-19 dan Ash-Shaffat: 149-153. Mereka melakukan itu lantaran ingin menghinakan Allah dan para malaikat-Nya.
Dengan melihat kebiasan mereka sekarang dalam memberikan nama menjadi petunjuk kepada kita bahwa kepercayaan mereka yang dijelaskan dalam alQur'an dan Hadits-hadits Rasulullah 15 abad yang lalu masih berurat-berakar dalam sendi kehidupan mereka sekarang ini. Tidak lah heran kiranya apabila kita perhatikan dalam film-film yang mereka buat pun kepercayaan dan sikap mereka terhadap para malaikat terus dipropagandakan. Mereka sealu menggambarkan para malaikat dalam film-filmnya menggunakan sosok perempuan bersayap. Dan hal itu pula sudah masuk kepada dunia pertelevisian kita. Bagaimana sosok malaikat penolong suka digambarkan dalam kisah peri cantik yang baik hati dengan sosok perempuan bersayap.
Yahudi berpuluh-puluh tahun lamanya berusaha menyebarkan kepercayaan dan keyakinan yang mereka anut lewat dunia entertainmen/hiburan. mereka terus mencekoki anak cucu kita dengan kepercayaan sesat mereka. Hingga tumbuhlah budaya tanpa disadari kita telah mengikuti kesesatannya. Tanpa rasa berdosa kita sudah berni meniru mereka dengan memberikan nama anak perempuan dengan nama Angel atau Gabrel.
Semoga Allah Subhaanahu wa ta'ala senantiasa menjaga kesucian iman kita.... Aamiin..!!