Selasa, 09 September 2014

on
Selaku warga negara Indonesia, tentu kita sudah tidak asing lagi dengan kalimat "Ibu Pertiwi". Apalagi bagi yang pernah dibesarkan di bangku pendidikan Sekolah Dasar (SD) yang di kala itu kita diwajibkan menghafal lagu berjudul "Ibu Pertiwi" yang dicipta oleh Ismail Marzuki. Namun pernahkah terlintas dalam benak kita sebuah tanya, "Kenapa tanah air pake diistilahkan Ibu Pertiwi?", atau bertanya "Apakah Pertiwi itu asalnya nama orang, atau pahlawan?" Lalu kemudian muncul pertanyaan lain, "Apa artinya Pertiwi?"

Mari kita baca sejarah. Sejarah yang mempengaruhi perkembangan budaya, kepercayaan, ajaran serta pola pandang masyarakat Indonesia. Meski masyarakat Indonesia lebih dari 80% menganut agama Islam, namun bila ditinjau dari sisi bahasa (Arab) maupun ajaran, istilah Pertiwi tidak ditemukan dalam Agama Islam. Sementara bila kita tinjau dari nama-nama para pahlawan kita, kita juga tidak menemukan ada pahlawan yang memiliki nama ini (Pertiwi).

Setelah upaya kemerdekaan Republik Indonesia berhasil diselenggarakan, kemudian asas negara disabotase oleh pihak-pihak kaum nasionalis serta menyingkirkan aspirasi kaum islamis, maka yang paling banyak disadur dalam praktek-praktek kenegaraan kita adalah usulan dari para nasioalis itu. Istilah "Darma", "Sila", "Pertiwi" dan sebagainya adalah istilah-istilah yang disebutkan berasal dari bahasa Sansakerta.  Dalam catatan Wikipedia Indonesia, Pertiwi (Sanskertapṛthvī, atau juga pṛthivīadalah Dewi dalam agama Hindu dan juga "Ibu Bumi" (atau dalam bahasa Indonesia "Ibu Pertiwi")

Sementara dalam data sejarah yang berhasil dihimpun oleh al-Ustadz A.D. El. Marzdedeq, Pertiwi adalah nama dewi (Prthiwi) dalam ajaran agama Weda. Agama Weda sendiri adalah agama nenek moyangnya bangsa Aria. Dewi Prthiwi dalam agama Weda adalah dewi yang menguasai bumi, tanah, dan air. Oleh para pemeluk Weda, dewi Prthiwi biasa dipanggil ibuku. (lihat A.D. El. Marzdedeq, Parasit Aqidah, 2006: 49)

Kemungkinan besar istilah "Ibu Pertiwi" ini diambil dari ajaran agama weda bisa dilihat dari cara pelafalan Soekarno dalam mengucapkan kalimat itu, yakni  dengan sebutan Pratiwi.

Selaku kaum Muslimin, kita mesti berhati-hati dalam menyikapi usulan pemerintah kita yang menganjurkan untuk memiliki jiwa patritis, pembela tanah air, dan rela mengorbankan hidup dan mati demi Indonesia dengan sebutan "Demi Ibu Pertiwi". Mengatasnamakan demi nasionalisme pada hakikatnya bukan demi tanah air Indonesia, tapi untuk dewa sebuah agama non Islam yang haram untuk diimani oleh ummat Islam.

Semoga Allah Subhaanahu wa Ta'ala senantiasa menjaga keimanan dan ketauhidan kita. Aamiin 
Comments
0 Comments

0 comments:

Posting Komentar